Simalungun, 11 Maret 2025. Hakim Pengadilan Agama (PA) Simalungun Mulyadi Antori, S.H.I. menyampaikan Tausiyah Ramadhan yang dilaksanakan setelah shalat Dzuhur berjamaah di mushollah Al Hikmah PA Simalungun. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ketua, hakim, dan seluruh aparatur PA Simalungun.
Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan suatu kisah sahabat di zaman Rasullullah. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, aku merasa shalatku sering tidak khusyuk. Kadang aku mengingat urusan dunia, kadang pikiranku melayang entah ke mana. Aku takut shalatku tidak diterima oleh Allah. Apakah dengan shalat seperti itu, aku tetap mendapatkan pahala?”
Suasana majelis seketika menjadi hening. Para sahabat lainnya ikut menunduk, merasakan kegelisahan yang sama. Mereka tahu betapa beratnya pertanyaan itu. Namun, yang terjadi setelahnya benar-benar di luar dugaan. Rasulullah tidak langsung menjawab. Beliau menatap sahabat itu dengan penuh kelembutan, lalu tiba-tiba air mata mulai membasahi pipi beliau.
Para sahabat terkejut. Mereka jarang melihat Rasulullah menangis dalam situasi seperti ini.Dengan suara bergetar, beliau berkata: “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh setan tidak akan pernah berhenti berusaha mencuri bagian dari sholat seorang hamba hingga ia teralihkan. Tetapi ketahuilah, Allah tetap melihat usahamu.”
Rasulullah menarik napas dalam, lalu melanjutkan, “Wahai saudaraku, jika engkau meninggalkan shalat hanya karena takut tidak khusyuk, maka setan akan menang. Tetapi jika engkau tetap berusaha shalat meski pikiranmu teralihkan, ketahuilah bahwa setiap kali engkau berusaha kembali kepada Allah dalam shalatmu, saat itulah Allah menyambutmu.”
Mendengar itu, sahabat tersebut tak mampu menahan tangis. Begitu pula para sahabat lainnya. Kemudian Rasulullah melanjutkan dengan penuh kelembutan, “Bayangkan seorang ibu yang melihat anaknya berjalan ke arahnya, tetapi anak itu sering jatuh dan tersandung. Apakah sang ibu akan marah? Tidak! Ia justru akan berlari menghampirinya, mengangkatnya, dan mendekapnya erat. Itulah Allah. Ia lebih penyayang daripada seorang ibu kepada anaknya. Selama engkau terus kembali, Allah akan selalu menerimamu.”
“Semoga seandainya ada diantara kita yang sholatnya seperti cerita diatas, kita tidak pernah lelah untuk terus melaksanakan sholat dan tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah yang sangat luas” ujar beliau menutup tausiyahnya. (PTIP)